Arsitek, perencana kota, teknolog, dan warga harus berbicara dalam bahasa yang sama. Jika tidak, kota pintar bisa berubah menjadi kota yang pintar untuk sedikit orang saja.
Kecerdasan buatan sedang mereformulasi apa yang kita sebut 'kota modern'. Dari jalan sampai gedung, dari layanan sampai pengalaman warga, AI menawarkan alat untuk membangun kota yang lebih responsif dan manusiawi.
Tetapi alat ini bukanlah solusi otomatis. Keberhasilan nyata tergantung pada rancangan kebijakan, etika penggunaan data, dan komitmen kolektif untuk menjadikan kota layak huni bagi semua. Di sinilah masa depan terletak: bukan hanya pada algoritma, melainkan pada keputusan manusia yang merancangnya.